Masa depan industri otomotif semakin ditentukan oleh kemajuan kendaraan self-sufficing dan listrik. Teknologi ini akan mengubah cara mobil dirancang, diproduksi, dan dikendarai. Meskipun hal ini mungkin berdampak buruk pada branding dan pengiriman pesan seputar mobil EV baru, ini juga akan memungkinkan mereka memperoleh pangsa pasar dari kendaraan konvensional. Selain itu, mobil tersebut akan menjadi platform yang memungkinkan pengemudi untuk berinteraksi dengan kendaraan melalui aplikasi dan teknologi lainnya. Kompetensi perangkat lunak akan menjadi faktor penting dalam menentukan apa yang harus dilakukan sebuah mobil, dan add-on serta langganan perangkat lunak kemungkinan besar akan menjadi lebih umum.
Kendaraan listrik akan mendapatkan pangsa pasar dari kendaraan konvensional
Kendaraan listrik berada di jalur untuk mendapatkan pangsa pasar dari kendaraan konvensional di tahun-tahun mendatang, dengan China, Eropa, dan Amerika Serikat menyumbang lebih dari 95% pasar global. Namun, jalan masih panjang sebelum semua pembeli mobil dunia memutuskan untuk beralih ke EV.
Pasar terutama didorong oleh regulasi. Komisi Eropa telah mengamanatkan target emisi yang lebih ketat untuk pembuat mobil, yang mengharuskan 60% dari semua kendaraan baru yang dijual sepenuhnya listrik pada tahun 2030. Ada juga subsidi yang murah hati untuk konsumen dan investasi dalam infrastruktur pengisian daya. Insentif untuk membeli mobil listrik juga ada di beberapa negara bagian, termasuk California.
Penjualan EV di Amerika Serikat mencapai 3,4% dari penjualan mobil baru pada 2021. Bahkan, pangsa kendaraan listrik diprediksi naik menjadi 65% pada 2030, melebihi target regulasi saat ini.
Konektivitas dan teknologi self-sufficing menjadi platform
Apakah Anda berencana untuk membeli mobil baru atau sedang mempertimbangkan peningkatan, Anda mungkin bertanya-tanya tentang konektivitas dan teknologi self-sufficing. Teknologi ini tidak hanya akan membantu Anda menavigasi kendaraan, tetapi juga dapat membuat berkendara lebih aman.
Teknologi self-sufficing melibatkan sensor, perangkat lunak, dan komponen lain yang bekerja sama untuk mengendalikan kendaraan. Kendaraan ini memiliki kemampuan untuk menjawab pertanyaan, menanggapi kendaraan lain, bahkan mengatur kecepatannya berdasarkan kondisi lalu lintas.
Konektivitas adalah sensor tambahan yang dibutuhkan teknologi self-sufficing untuk beroperasi. Ini memungkinkan mobil untuk berbagi informasi satu sama lain dan dengan infrastruktur. Ini akan membantu kendaraan bereaksi terhadap bahaya sebelum terjadi. Semakin banyak data yang dikumpulkan kendaraan, semakin banyak keputusan mengemudi bernuansa dapat dibuat.
Branding dan olah pesan seputar mobil EV baru akan kehilangan kekhasan karena kredensial hijaunya
Terlepas dari hype, branding dan pesan di sekitar mobil EV baru akan kehilangan kilau begitu mereka mendapatkan pijakan di arus utama. Ada sejumlah alasan untuk ini.
Baca juga: 7 Kecanggihan Teknologi yang membuat hidup lebih mudah
Pertama, konsumen akan membutuhkan panduan selama transisi EV. Mereka perlu mengetahui apa yang diharapkan dalam hal kinerja, pengisian daya, jangkauan, dan keamanan. Mereka juga perlu diyakinkan bahwa merek baru itu berbeda, dapat dipercaya, dan dapat dipertahankan.
Kedua, ada sejumlah pendatang baru di ruang otomotif. Ini termasuk pengecer online non-OEM yang telah menerima dana dalam jumlah besar dan melakukan banyak akuisisi.
Ketiga, sejumlah besar konsumen akan membayar mahal untuk sebuah EV. Sebuah survei oleh EY Mobility Lens menemukan bahwa lebih dari seperempat konsumen akan membayar premi hingga 10% untuk sebuah EV.
Kompetensi perangkat lunak menjadi faktor pembeda utama
Di antara banyak tantangan industri otomotif, kompetensi perangkat lunak para pemainnya menjadi faktor yang semakin penting untuk kesuksesan di masa depan. Ini membutuhkan transformasi komprehensif dari kemampuan R&D perangkat lunaknya.
Banyak perusahaan otomotif tidak memenuhi standar yang dibutuhkan untuk pengembangan perangkat lunak. Mereka kekurangan kerangka organisasi yang mendukung pengembangan perangkat lunak berskala besar. Mereka juga tidak memenuhi faktor retensi utama untuk insinyur perangkat lunak. Hal ini menempatkan mereka pada risiko tertinggal dari pesaing, menghadapi pembengkakan anggaran, dan tertinggal dari pendatang baru.